Pengertian
Tri Rna
Tri Rna berasal dari kata “Tri” dan “Rna”.
Tri artinya tiga
Rna artinya utang.
Jadi, Tri Rna artinya, tiga utang yang
dimiliki oleh manusia dan harus dibayar dengan Yadnya.
Pembagian
Tri Rna
- Dewa Rna adalah hutang yang
dimiliki oleh manusia kehadapan Ida Sang Hyang Widhi atas jasa-Nya
menciptakan alam beserta isinya.
- Pitra Rna adalah hutang yang
kita miliki kehadapan para leluhur atau orang tua atas jasanya melahirkan,
memelihara, dan membesarkan kita di dunia.
- Rsi Rna adalah hutang yang dimiliki oleh manusia kehadapan para Rsi (orang suci) atas jasanya mengajarkan ilmu pengetahuan suci kepada kita.
Hubungan Tri
Rna dengan Panca Yadnya
a. Dewa Rna, yaitu hutang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) di tebus
dengan melaksanakan dua jenis Yadnya, yaitu
- Dewa Yadnya adalah Yadnya yang
ditujukan kehadapan Tuhan beserta manifestasinya, yaitu para Dewa. Dewa
berasal dari akar kata “Div” (Sanskerta) yang artinya sinar, atau cahaya.
Dewa itu sendiri tidaklah sama dengan Tuhan melainkan hanyalah
ciptaan-Nya.
- Bhuta Yadnya “Bhu” berarti adalah Yadnya kepada Bhuta Kala. Bhuta berasal dari kata “energi” yang ada (unsur alam semesta) “kala” berarti “energi” kekuatan. Jadi, Bhuta Kalaberarti unsur-unsur alam dengan kekuatan yang dimiliki.
Jadi, yang termasuk bhuta adalah
unsur-unsur alam serial makhluk hidup ciptaan Tuhan, seperti tanah, air, api,
tumbuh-tumbuhan, binatang, dan gumatat-gumitit lainnya.
Kenyataannya unsur-unsur serta
ciptaan Tuhan itulah yang membantu kehidupan di dunia ini dan sebagai tanda
terima kasih, diselenggarakan pula Yadnya kepada-Nya. Dengan demikian, Bhuta
Yadnya adalah Yadnya kepada unsur-unsur alam serta semua ciptaan Tuhan. Dalam
hal ini termasuk: manusia, pitra, rsi, dan dewa, karena telah ditetapkan Yadnya
tersendiri untuk ciptaan-Nya itu.
Tetapi kalau diperhatikan lebih
lanjut, unsur-unsur alam serta ciptaan Tuhan itu tidak selalu menolong
kehidupan kehidupan manusia kadang-kadang menimbulkan bencana, misalnya air
bah, api mengamuk tanah bergoyang (gempa), dan sebagainya. Hal ini menunjukkan
bahwa kekuatan atau energy serta perbuatan dari ciptaan-Nya itu tidak tetap.
b. Pitra Rna adalah rasa berhutang kepada leluhur/orang tua sebagai wujud dari
penebusan Pitra Rnaini dapat dilakukan dengan melaksanakan dua
Yadnya, yaitu:
- Pitra Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan
kepada para leluhur atau orang tua sejak meninggal sampai mendapat tempat
yang layak di alam kedewataan. Pitra (pitara) berasal dari kata Pitriyang
artinya, leluhur. Melaksanakan Yadnya dalam hal ini bertujuan untuk
mengembalikan roh leluhur kepada asalnya, yaitu Sang Pencipta.
Yang mempunyai arti hampir sama
dengan pitara adalah Preta, yaitu roh leluhur yang masih dekat
dengan manusia, sehingga sering mengganggu manusia.
Pelaksanaan Pitra Yadnya di
Bali ada dua tahapan, yaitu Ngaben adalah upacara yang
bertujuan untuk mengembalikan jasad manusia kepada asalnya, yaitu Sang Panca
Maa Bhuta. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara membakar jenasahnya,
karena hal ini dianggap paling cepat akan sampai pada tujuannya. Tahap yang
kedua adalah upacara Atma Wedana yang juga disebut dengan ngerorasin.
Upacara ini hanya boleh dilaksanakan setela pengabenan:
selesai dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan tingkatannya.
2. Manusa Yadnya, yaitu Yadnya yang dilakukan kepada seseorang saja mulai dalam
kandungan sampai meninggal. Konsepsi agama Hindu tentang kehidupan adalah
percaya dengan adanya reinkarnasi, yaitu roh leluhur akan menitis kembali pada
orang-orang tertentu. Selanjutnya pula disadari pula bahwa tujuan menjelma
kembali adalah untuk memperbaharui kesalahannya (dosa) yang terdaulu. Yadnya
yang dilaksanakan adalah Yadnya yang bersifat jasmani dan rohani sehingga
betul-betul dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
c. Rsi
Rna adalah hutang yang kita miliki kehadapan para Rsi atau
orang suci. Hutang ini akan dapat ditebus dengan melaksanakan Rsi Yadnya. Rsi
adalah orang-orang suci yang berjasa dalam menerima wahyu Tuhan atau ajaran
suci Tuhan untuk disampaikan pada para pengikutnya. Dalam kehidupan beragama
dewasa ini, Rsi Yadnya tidaklah semata-mata ditujukan kepada para Rsi zaman
dulu saja, akan tetapi juga kepada Beliau yang berjasa dalam mengajarkan ilmu
pengetahuan suci kepada kita semua. Wujud nyata bagi kita melaksanakan Rsi
Yadnya adalah dengan jalan mengamalkan ajarannya dalam setiap tingkah laku di
dunia ini. Di samping itu, beryadnya kepada para Pedanda dan Pemangku yang
memimpin pelaksanaan suatu upacara adalah juga melaksanakan Yadnya. Semua
Yadnya yang dilaksanakan pada akhirnya yang menerima serta memberkati adalah
Ida Sang Hyang Widhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar