Jumat, 05 September 2014

Tri Parartha


Pengertian Tri Parartha

Kata Tri Parartha berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ” tri ” yang berarti tiga dan ” parartha ” yang berarti kebahagiaan, kesejahteraan, keselamatan, keagungan dan kesukaan. Jadi Tri Parartha berartg tiga perihal yang dapat menyebabkan terwujudnya kesempurnaan, kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan, keagungan, dan kesukaan hidup umat manusia.
Keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan merupakan kebutuhan hidup manusia yang vital mesti dinikmati dalam hidup dan kehidupannya. Tanpa keselamatan dalam hidupnya umat manusia tidak akan dapat berbuat dalam hidup dan kehidupan ini.
Berdasarkan ajaran agama Hindu, manusia itu dapat menyelamatkan dirinya dengan jalan mengamalkan ajaran Tri Parartha.

Pembagian Tri Parartha
Adapun ajaran Tri Parartha yang dimaksud dapat mengantarkan umat manusia mencapai keselamatan dan kebahagiaan serta kesejahteraan hidupnya, ajaran yang dimaksud terdiri dari :
1. Asih : cinta kasih artinya sebagai manusia kita harus mempunyai rasa kasih sayang kepada semua, termasuk cinta kasih kita sesama manusia dan cinta kasih dengan lingkungan yang meliputi binatang dan tumbuhan.

2. Punya / Punia : dermawan, tulus dan iklas . Artinya dalam kita memberikan sesuatu baik itu berupa jasa atau materi terutama kepada orang yang membutuhkan, berdasarkan ketulusan dan keiklasan tanpa mengharapkan imbalan.

3. Bhakti : hormat, sujud artinya dihadapan TYME / Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Allah / Gusti kita harus sujud karena hanya menciptakan semua ini dan yang akan memberi kita keselamatan. Dan kepada sesama manusia kita harus saling hormat menghormati, harga menghargai karena dihadapan-Nya kita semua sama, yang membedakan kita adalah amal perbuatan yang telah kita perbuat.



Tri Parartha adalah merupakan ajaran Hindu untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebagagiaan hidup cik didunia maupun di akhirat. Hidup saling mengasihi diantara kita adalah merupakan perilaku umat manusia utama yang dapat menantarkan tercapainya kebahagiaan yang abadi ( moksa ). 

Kamis, 04 September 2014

Tri Rna


Pengertian Tri Rna
Tri Rna berasal dari kata “Tri” dan “Rna”
Tri artinya tiga 
Rna artinya utang. 
Jadi, Tri Rna artinya, tiga utang yang dimiliki oleh manusia dan harus dibayar dengan Yadnya.

Pembagian Tri Rna
  1. Dewa Rna adalah hutang yang dimiliki oleh manusia kehadapan Ida Sang Hyang Widhi atas jasa-Nya menciptakan alam beserta isinya.
  2. Pitra Rna adalah hutang yang kita miliki kehadapan para leluhur atau orang tua atas jasanya melahirkan, memelihara, dan membesarkan kita di dunia.
  3. Rsi Rna adalah hutang yang dimiliki oleh manusia kehadapan para Rsi (orang suci) atas jasanya mengajarkan ilmu pengetahuan suci kepada kita.

    Hubungan Tri Rna dengan Panca Yadnya
a. Dewa Rna, yaitu hutang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) di tebus dengan melaksanakan dua jenis Yadnya, yaitu
  1. Dewa Yadnya adalah Yadnya yang ditujukan kehadapan Tuhan beserta manifestasinya, yaitu para Dewa. Dewa berasal dari akar kata “Div” (Sanskerta) yang artinya sinar, atau cahaya. Dewa itu sendiri tidaklah sama dengan Tuhan melainkan hanyalah ciptaan-Nya.
  2. Bhuta Yadnya “Bhu” berarti adalah Yadnya kepada Bhuta Kala. Bhuta berasal dari kata “energi” yang ada (unsur alam semesta) “kala” berarti “energi” kekuatan. Jadi, Bhuta Kalaberarti unsur-unsur alam dengan kekuatan yang dimiliki.
Jadi, yang termasuk bhuta adalah unsur-unsur alam serial makhluk hidup ciptaan Tuhan, seperti tanah, air, api, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan gumatat-gumitit lainnya. 
Kenyataannya unsur-unsur serta ciptaan Tuhan itulah yang membantu kehidupan di dunia ini dan sebagai tanda terima kasih, diselenggarakan pula Yadnya kepada-Nya. Dengan demikian, Bhuta Yadnya adalah Yadnya kepada unsur-unsur alam serta semua ciptaan Tuhan. Dalam hal ini termasuk: manusia, pitra, rsi, dan dewa, karena telah ditetapkan Yadnya tersendiri untuk ciptaan-Nya itu.

Tetapi kalau diperhatikan lebih lanjut, unsur-unsur alam serta ciptaan Tuhan itu tidak selalu menolong kehidupan kehidupan manusia kadang-kadang menimbulkan bencana, misalnya air bah, api mengamuk tanah bergoyang (gempa), dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan atau energy serta perbuatan dari ciptaan-Nya itu tidak tetap.
b.   Pitra Rna adalah rasa berhutang kepada leluhur/orang tua sebagai wujud dari penebusan Pitra Rnaini dapat dilakukan dengan melaksanakan dua Yadnya, yaitu:
  1. Pitra Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan kepada para leluhur atau orang tua sejak meninggal sampai mendapat tempat yang layak di alam kedewataan. Pitra (pitara) berasal dari kata Pitriyang artinya, leluhur. Melaksanakan Yadnya dalam hal ini bertujuan untuk mengembalikan roh leluhur kepada asalnya, yaitu Sang Pencipta.
Yang mempunyai arti hampir sama dengan pitara adalah Preta, yaitu roh leluhur yang masih dekat dengan manusia, sehingga sering mengganggu manusia. 
Pelaksanaan Pitra Yadnya di Bali ada dua tahapan, yaitu Ngaben adalah upacara yang bertujuan untuk mengembalikan jasad manusia kepada asalnya, yaitu Sang Panca Maa Bhuta. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara membakar jenasahnya, karena hal ini dianggap paling cepat akan sampai pada tujuannya. Tahap yang kedua adalah upacara Atma Wedana yang juga disebut dengan ngerorasin
Upacara ini hanya boleh dilaksanakan setela pengabenan: selesai dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan tingkatannya.

 2. Manusa Yadnya, yaitu Yadnya yang dilakukan kepada seseorang saja mulai dalam kandungan sampai meninggal. Konsepsi agama Hindu tentang kehidupan adalah percaya dengan adanya reinkarnasi, yaitu roh leluhur akan menitis kembali pada orang-orang tertentu. Selanjutnya pula disadari pula bahwa tujuan menjelma kembali adalah untuk memperbaharui kesalahannya (dosa) yang terdaulu. Yadnya yang dilaksanakan adalah Yadnya yang bersifat jasmani dan rohani sehingga betul-betul dapat meningkatkan kualitas hidupnya.


 c.       Rsi Rna adalah hutang yang kita miliki kehadapan para Rsi atau orang suci. Hutang ini akan dapat ditebus dengan melaksanakan Rsi Yadnya. Rsi adalah orang-orang suci yang berjasa dalam menerima wahyu Tuhan atau ajaran suci Tuhan untuk disampaikan pada para pengikutnya. Dalam kehidupan beragama dewasa ini, Rsi Yadnya tidaklah semata-mata ditujukan kepada para Rsi zaman dulu saja, akan tetapi juga kepada Beliau yang berjasa dalam mengajarkan ilmu pengetahuan suci kepada kita semua. Wujud nyata bagi kita melaksanakan Rsi Yadnya adalah dengan jalan mengamalkan ajarannya dalam setiap tingkah laku di dunia ini. Di samping itu, beryadnya kepada para Pedanda dan Pemangku yang memimpin pelaksanaan suatu upacara adalah juga melaksanakan Yadnya. Semua Yadnya yang dilaksanakan pada akhirnya yang menerima serta memberkati adalah Ida Sang Hyang Widhi.

DEWATA NAWA SANGA

DEWATA NAWA SANGA ARTINYA: SEMBILAN PENGUASA MATA ANGIN
Senjata Dewata Nawa Sanga


KETERANGAN
Dewa Wisnu
Dewa Sambhu
Dewa Iswara
Arah
Utara/Uttara
Timur Laut/Airsanya
Timur/Purwa
Pura
Batur
Besakih
Lempuyang
Aksara
Ang
Wang
Sang
Senjata
Cakra
Trisula
Bajra
Warna
Hitam
Biru/Abu-Abu
Putih
Urip
4
6
5
Panca Wara
Wage
Umanis
Sapta Wara
Soma
sukra
Redite
Sakti
Dewi Sri
Dewi Mahadewi
Dewi Uma
Wahana/Kendaraan
Garuda
Wilmana
Gajah Putih
Fungsi
Pemelihara
KETERANGAN
Dewa Maheswara
Dewa Brahma
Dewa Rudra
Arah
Tenggara/Ghnenya
Selatan/Daksina
Barat Daya/Nairiti
Pura
Goa Lawah
Andakasa
Uluwatu
Aksara
Nang
Bang
Mang
Senjata
Dupa
Gada
Moksala
Warna
Dadu/Merah Muda
Merah
Jingga
Urip
8
9
3
Panca Wara
-
Paing
-
Sapta Wara
Whraspati
Saniscara
Anggara
Sakti
Dewi Laksmi
Dewi Saraswati
Dewi Samadhi
Wahana/Kendaraan
Merak
Angsa
Kerbau Putih
Fungsi
Pencipta
KETERANGAN
Dewa Mahadewa
Dewa Sangkara
Dewa Siwa
Arah
Barat/Pascima
Barat Laut/Wayabhya
Tengah/Madya
Pura
Batukaru
Puncak Mangu
Besakih
Aksara
Tang
Sing
Ing/Yang
Senjata
Naga Pasa
Angkus
Padma
Warna
Kuning
Hijau/Welis
Panca Warna
Urip
7
1
8
Panca Wara
Pon
-
Kliwon
Sapta Wara
Buda
Sukra
-
Sakti
Dewi Sanci
Dewi Rodri
Dewi Durga
Wahana/Kendaraan
Naga
Singa
Lembu
Fungsi
Pelebur/Pralina